Profil Nagari Sumaniak 5 - Pemerintahan secara adat

Barito Nagari
By -
0

Senin, 11 Safar 1437 H / 23 November 2015 M
Penulis: Meizel Fm Bgd Nan Kuniang

Dari segi adat budaya dan nilai-nilai tradisional, masyarakat nagari sempat peduli dalam pelaksanaan dan pelestariannya, sistem adat nagari Sumaniak memiliki keunikan dibanding nagari lain pada umumnya, disebabkan di Sumaniak juga ada Tuanku Makhudumsyah, dengan demikian nagari Sumaniak secara Adat Salingkuang Nagari punya kebesaran tersendiri dan mempunyai nilai-nilai khusus seperti telah menjadi dasar-dasar fondamental nilai-nilai Adat mutu nagari yaitu :” Balaras Nan Duo, Basuku Ampek dan Bakato tigo”.

Nagari sumaniak sebagai nagari beradat dan ada Tuanku Makhudumsyah di nagari Sumaniak selaku payung panji Marawa Basa atau malambangkan Basa Ampek Balai di Sumaniak, beliau telah mengatur, menyusun serta melindungi sistem adat istiadat nagari dan telah membuat Sumaniak menjadi sebuah nagari yang besar, padahal Sumaniak berdiri setelah Sungai Tarab, Pasir Lawas, Kumango, Padang Laweh dll, Nagari Sumaniak sejajar bahkan dari satu sisi lebih dari nagari sekitarnya dan Sumaniak dahulu tidak menjadi nagari Kapak Radai Sungai Tarab.

Tuanku Makhudumsyah juga mengatur tata letak dan tata ruang wilayah nagari, mengatur sistem pemerintahan Adat serta mengatur prosesi batagak penghulu serta perjalanan Adat dalam kehidupan sehari-hari dengan prinsip 2 kelarasan yaitu Adat Barajo dan Adat Banagari, yang dimaksud Adat Barajo adalah titik dari ateh artinya: Titah dari Rajo turun ka Mamak, dari Mamak turun ka Kamanakan, Kamanakan manarimo dengan sendirinya, yang dimaksudkan bajanjang turun, dan kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka penghulu, penghulu barajo ka nan bana, bana badiri dengan sendirinyo, itu adalah bajanjang naik yang pelaksanaannya ke rumah Gadang Rajo, sedang Adat banagari dengan memakai prinsip Bodi Chaniago yaitu musyawarah dan mufakat sebagai mana prinsip hidup berdemokrasi yang difasilitasi oleh Datuak Nan Batujuah dan pelaksanaannya di Balai-balai.

Kemudian fungsi suku serta pemangku Adat juga ditetapkan oleh Tuanku Makhudumsyah seperti kelarasan Koto Piliang ada suku ampek yaitu Piliang Laweh, piliang Sani, Koto Piliang, Mandahiling dimana fungsi suku dalam Adat, orang suku Piliang Laweh dan suku Piliang Sani adalah aluran Adat, sedangkan orang suku koto Piliang dan orang suku Mandahiling aluran Syarak, keduanya bak Aur dengan Tebing sanda manyanda kaduonyo yaitu Syarak mangato Adat mamakai.

Dalam Laras Bodi Chaniago yang memakai prinsip musyawarah dan mufakat dibalai-balai dengan suku 6 yaitu Piliang laweh, piliang Sani, Bodi Chaniago, Koto, mandahiling Kampai, Mandahiling Panai dengan peran serta fungsi penghulu pucuk sebagai pimpinan suku yang enam dikatakan juga Bintang Tujuh tampak Enam, karena yang ketujuh adalah Datuak Kakoyan Marajo yang bukan penghulu pucuk suku tapi punya peranan penting dalam musyawarah mufakat di Balai-balai yaitu selaku penghubung kebijakan antara Laras Bodi Chaniago dan Laras Koto Piliang dan juga punya kekuasaan mengurus rumah tangga Rajo atau dirumah gadang.

Kedudukan dan fungsi suku yang enam juga sudah diatur dan ditetapkan oleh Tuanku Makhudumsyah yaitu 3 dibidang Adat dan 3 dibidang syarak, 3 dibidang Adat tersebut yaitu : Orang suku Piliang Laweh adalah haluan Adat, orang suku Piliang Sani adalah Kerajaan Adat, orang suku Bodi Chaniago kemudi Adat, dan 3 dibidang Syarak adalah Koto Piliang adalah Imam Adat, disinilah dijalankan falsafah hidup yang mengatakan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, maka dari sini juga lahirlah kedudukan serta fungsi tigo tungku sajarangan dan tigo tali sapilin, 3 di Adat, 3 di Syarak dan ketiganya hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat, memimpin, mengurus, melindungi masyarakat dan disebut: Niniak Mamak, Cadiak Pandai, Alim Ulama, ketiganya seiring sejalan bagai fungsi 3 buag batu tungku yang harus sama manfaatnya.

Begitulah Tuanku Makhudumsyah bersama pimpinan informal nagari ini telah mengatur, membina dan melindungi anak nagari sehingga hiduplah anak nagari sumaniak ini dengan teratur, aman serta tertib dan kehidupan sosial ekonomipun menjadi baik dan sejahtera, dan masa itu telah berlangsung berabad-abad hingga hari ini.

Dari segi kepemimpinan nasa lalu dimulai sejak masa sebelum kemerdekaan dimana nagari ini dipimpin atau dikepalaai oleh seorang yang karismatik atau pimpinan informal, system kepemimpinan nagari sumaniak sebagaimana yang sudah disusun oleh Tuanku Makhudumsyah, bahwa nagari dalam system pemerintahan Adat, sedangkan unsure pimpinan tersebut berasal dari 3 tungku sajarangan yang kemudian diantaranya dipilih dan ditinggikan sarantiang, didahulukan salangkah dinamakan Datuak Palo.

Dimasa lalu hingga sampai masa kemerdekaan kelembagaan yang sudah ada dan telah menjadi formal di tengah-tengah masyarakat bernagari adalah kerapatan Adat Nagari maka Datuak Palo tersebut adalah perpanjangan tangan dari manifestasi kelembagaan KAN dimana disitu bernaung ketiga formalitas pimpinan yang di katakana tiga tungku sajarangan tadi. Datuak Palo yang merupakan pimpinan nagari dimana dia adalah bagian dari anggota Kerapatan Adat menjalankan pemerintahan Adat nagari dan masa sebelum kemerdekaan tersebut masih berjalan secara independent dan semua pembiayaan dibiayai oleh anak nagari secara iuran dan berbentuk pungutan-pungutan lain sedangkan Datuak Palo sendiri bekerja benar-benar bersifat pengabdian kepada nagari dan masyarakatnya.

Penghasilan masyarakat dari pertanian masih melimpah ruah, peternakan dan hasil tanaman tua masih memberikan harapan sehingga berbagai iuran dan pungutan yang dibebankan kepada masyarakat tidak terasa memberatkan.

Ketika kemerdekaan Negara Repoblik Indonesia dalam negara kesatuan system pemerintahan ini disebut pemerintahan nagari yang dikepalai dengan sebutan semula kepala nagari, kemudian ditahun 50-an disebut Wali Nagari. Wali Nagari dimasa kemerdekaan menjalankan kepemimpinan nagari bekerjasama dengan LKN atau Lembaga Kerapatan Nagari yang kemudian dirobah namanya Lembaga Pemusyawaratan Nagari.


Sumber:
NAGARI SUMANIAK DARI MASA KEMASA
http://iramayandi.blogspot.co.id/2009/01/nagari-sumaniak-dari-masa-kemasa.html

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)