RIDHO FUADI - MERANTAULAH ENGKAU AKAN TAHU UNTUK SIAPA ENGKAU PULANG

Barito Nagari
By -
0
Minggu, 24 Safar 1437 H / 6 Desember 2015 M
Dilaporkan oleh: Fitra Yadi

Demi anak laki-lakiku yang baru berumur 2 tahun 2 bulan, demi istri dan keluarga yang aku tinggalkan di kampung halaman, demi sebuah cita-cita yang tersemat di dalam dada, aku akan merantau sejauh mungkin mencari sesuatu untuk dibawa pulang. "Jika layar sudah terkembang pantang surut ke belakang". Demikian kata Ridho Fuadi (34 th) pemuda Sumaniak perantau Bekasi kepada media pagi Ahad (6/12). via social media.

Aku berasal dari keluarga perantau dari Sumaniak Tanah Datar, Sumbar , namun sejak kecil sampai tamat kuliah menjalani kehidupan di daerahku saja, tidak jauh dari orang tua. Kemudian mencoba merantau keluar daerah sampai ke tanah Jawa. Mulai dari Purwakarta, Bandung, Jakarta, Tangerang dan sekarang di Bekasi bekerja di sebuah perusahaan elektronik.

Awal merantau aku sempat ragu, seperti apakah kehidupan di ujung sana. Sementara di sini sudah nyaman dilingkungan keluarga dan sahabat. Ternyata setelah dijalani, ada banyak pengalaman hidup yang aku dapatkan di luar sana, sungguh sangat banyak hikmahnya, inilah diantaranya;

Hidup sendiri yang akan memaksa kita untuk melakukan semuanya secara mandiri. Berada di tempat asing dan sendiri akan membuat mental kita terbentuk menjadi lebih dewasa. Kita akan belajar mandiri dengan keadaan yang terus menuntut untuk bertahan hidup dengan keadaan yang ada. Tidak ada lagi keluarga di dekat kita yang akan membantu di setiap kesulitan yang ada. Ini akan membuat kita paham arti hidup yang sebenarnya. Karena nantinya, semua orang akan menjalani hidupnya sendiri-sendiri.

Kita bertanggung jawab atas segala sikap baik dan buruk yang kita lakukan. Jika di kampung halaman kita selalu mendapat perlakuan baik dari orang lain, hal itu mungkin karena status social yang ada atau karena keluarga yang terkenal kaya dan terhormat, maka tentu saja di perantauan hal itu tidak akan ada . Tidak ada yang mengenal kita seperti itu. Kita hadir di tengah masyarakat sebagai pribadi individu baru tanpa memperhitungkan latar belakang keluarga.

Kita akan bertanggung jawab atas segala sikap buruk yang kita lakukan. Untuk itu saat merantau kita akan belajar bersikap baik, mengikuti aturan di manapun berada. Tidak akan ada sikap sombong dan arogan yang mungkin dulu pernah kita pakai di kampung.

Akan datang banyak teman baru kepada kita yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Saat kita merantau ke tempat baru, bukan tidak mungkin kita akan bertemu dengan rekan-rekan seperjuangan yang juga merantau seperti kita. Di sini kita akan membawa diri untuk mengenal orang baru dengan segala latar belakang berbeda. Kesamaan kondisi akan membuat kita menjadikan mereka keluarga baru di sana.

Saat jauh, kita akan merasa lebih mencintai nagari kita. Ketika berada di kampung, semua mungkin tampak biasa saja. Keramaian di ujung jalan, suasana sepi, gunung pada pagi yang cerah, bukit ditutup awan berarak yang sudah begitu biasa kita nikmati tampa berarti rasanya. Tapi ketika telah jauh merantau meninggalkan kampung, kita akan sering rindu dengan suasana rumah, bukit, sawah, sungai, hutan, becek, rumput, ladang. Kadang kita sering browsing mencari photo-photo terbaru kampong kita, sekedar pelepas rindu dan taragak.

Percayalah, merantau akan mengajarkan kita tentang keinginan dan kekecewaan dalam hidup. Tak jarang kekecewaan terhadap sesuatu saat merantau terjadi dan jadi bagian dari perjalanan hidup kita. Kadang kita mendapati kondisi tidak nyaman yang tak sesuai dengan yang kita inginkan. Uang bulanan yang dirasa kurang cukup untuk membeli keperluan pribadi dan untuk dikirim ke kampung untuk belanja anak istri dan kadang harus menerima ucapan ikhlas dari keluarga menyokong semangat walaupun tidak banyak dapat mengirim pulang. Atau kondisi lain yang mengharuskan kita mengalami ketidaknyamanan lainnya.

Hasil tempaan kehidupan tidak bisa diragukan, jelaslah mental kita semakin kuat. Berbagai kejadian dan pengalaman hidup yang mungkin selama ini hanya bisa kita bayangkan, akan bersua nantinya dan akan terjadi di perantauan. Yang paling menyedihkan, adalah ketika dalam keadaan terjepit, rindu kampung halaman, rindu anak-istri sekaligus kita tak ingin orang rumah mengetahui bahwa kita sedang susah. Kita pun akan mulai terbiasa untuk mencoba tersenyum dalam keadaan apapun.

Pada akhirnya kita akan mengerti bahwa hidup bukan hanya tentang kesenangan, tapi juga kesedihan yang semuanya menjadikan karakter kita semakin matang.

Tegarlah, wahai perantau muda! Merantaulah sejuah mungkin dan jangan lupa pulang. Merantaulah kawan agar kau tahu kemana engkau akan pulang. Merantaulah sahabat biar engkau tahu untuk siapa engkau harus pulang.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)