GROUP TAMBUR KBSB LIWA SELALU MERIAHKAN PERHELATAN PERANTAU MINANG

Barito Nagari
By -
0
Ahad, 17 Januari 2016 M - 7 Rabiul Akhir 1437 H
Dilaporkan oleh: Fitra Yadi

"Group Tambur Keluarga Besar Sumatera Barat (KBSB) selalu meriahkan perhelatan perantau Minang yang bermuqim di kota Liwa Lampung Barat dan sekitarnya". Demikian disampaikan Fuadi Pilson (28 th.) kepada media pada Rabu (13/1/16) yang lalu.

Group Tambur KBSB Liwa beranggota 12 orang yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat, diantaranya adalah Fuadi Pilson warga Sumaniak kecamatan Salimpaung Kab. Tanah Datar Sumatera Barat. Ia sehari-hari bekerja sebagai pedagang pakaian jadi di pasar Liwa. Ketika musim batu akik beberapa bulan lalu ia juga jualan batu akik.

Fuadi menuturkan bahwa "KBSB Lampung terdiri dari beberapa cabang tingkat kabupaten, sedangkan untuk kabupaten Lampung Barat ada pula terdiri dari beberapa KBSB tingkat kecamatan. Dari seluruh KBSB yang ada hanya kecamatan Balik Bukit saja yang memiliki kesenian Tambur".

Kata Fuadi juga" KBSB kecamatan Balik Bukit diketuai oleh Rules Caniago perantau dari Pariaman. Kelompok Tambur ini didirikannya sejak tahun 2013. Fuadi adalah generasi awal personil group tambur, ia bergabung sejak awal mulai berdirinya sejak 2 tahun yang lalu".

Kelompok Tambur KBSB latihan setiap malam minggu di komplek TPA Nurul Islam KBSB Liwa Lampung Barat. Awal-awal dulu pernah kelompok Tambur KBSB dimarahi oleh warga sekitar, karena mereka merasa terganggu dengan suara tambur yang ditabuh keras saat latihan. Namun kemudian setelah mengurus surat izin dari kepolisian sampai sekarang semuanya jadi aman karena kelompok Tambur ini juga didukung oleh dinas Pariwisata setempat. Fuadi merasa sangat bangga bisa bergabung dengan kelompok Tambur ini.

 Selain di kota Liwa, kelompok Tambur ini juga sering tampil menghibur pada acara pesta pernikahan perantau Minang yang bermuqim di Kota Batu, Krui, Fajar Bulan, dan lain-lain. Tambur ini juga dilengkapi dengan Tari Piring, Tari Pasambahan, Tari Indang dan Tari Gelombang. Selain untuk mengisi acara pesta kelompok tambur ini juga sering berpartisipasi pada acara pawai tanggal 17 Agustus, pada acara HUT kota Liwa, pada acara festifal-festifal dan lain sebagainya.

Bagi yang berminat kata Fuadi Pilson bisa hubungi ia sendiri dengan biaya Rp. 1.500.000 plus tari piring. Untuk di luar liwa biayanya menyesuaikan. Seperti umpamanya tampil baru-baru ini pada Sabtu (9/1/16) di simpang tugu mardeka pasar Krui  biayanya adalah 1 juta rupiah pulus tari-tarian.

Dikutip dari blog Ranah Maninjau disebutkan bahwa Tambur (Tambua) itu adalah sebuah alat musik yang terbuat dari potongan kayu bulat yang di lobangi, Tambua ini merupakan kesenian tradisional Minangkabau pada umumnya. Alat kesenian ini biasanya dipakai untuk melambangkan suka-cita dan biasa dipakai pada acara pesta pernikahan, penyambutan tamu-tamu istimewa atau dalam rangka acara "Batagak Gala Adat atau Batagak Gadang".

Tambua atau Gendang ini biasanya berukuran panjang 60-70 Cm dengan diameter 40-50 Cm, dengan ketebalan lingkarannya 1-1,5 Cm. Pada kedua sisi nya diberi kulit kambing yang telah dikeringkan dan dikencangkan sedemikian rupa mengunakan tali yang ikatan nya pun dibuat menarik.

Sebelum dipasang kulit kambing tersebut, Tambua terlebih dahulu di cat sedemikian rupa sesuai dengan ukiran khas minangkabau atau daerah Tambua itu berasal.

Ukuran diameter Tambua sangat mempengaruhi bunyi yang dikeluarkan, semakin besar diameter nya semakin bagus bunyi yang dihasilkan. Namun sulit nya mendapatkan pohon kayu yang berukuran besar sehingga biasanya dalam satu grup Tambua ini, hanya beberapa buah saja yang besar dan sering disebut "Induak Tambua" atau Ibu Tambua.

Untuk Daerah Maninjau sendiri, dalam satu grup tambua biasa nya memiliki jumlah yang ganjil, minimal 9 buah. Tambua dipukul secara serentak dengan irama dan gerakan yang teratur yang dikomandoi oleh sebuah alat kesenian bernama "Tansa". Berdasarkan irama Tansa ini lah alat kesenian Tambua ini ditabuh.

Biasanya didalam menabuh Tambua ini terkadang juga diiringi oleh "Pupuik Batang Padi" dan alat kesenian "Talempong" sehingga kemeriahaan semakin kental terasa.

Khusus pada acara penyambutan Tamu istimewa disamping bunyi-bunyian alat kesenian diatas, biasanya ditambah lagu dengan "Silek Galombang".

Dalam kesenian Tambua ini juga dikenal lagu atau irama pukulan yang sudah lama ada sejak zaman dahulu yaitu Lagu Atam, Siamang Tagagau dan Mars Duo Baleh. Lagu atau irama Atam sendiri terdiri dari 2 irama yaitu Atam Sikapak dan Atam Pariaman. Selain dari irama-irama diatas, masih banyak lagi irama lainnya seperti : Sikapak Bayang, Panggang kakok, Tokok Balua dan banyak lagi.

Di Kabupaten Agam sendiri, tambua dikenal luas diselingkaran Danau Maninjau seperti, Sigiran, Sungai Batang, Koto Kaciak, Koto Malintang dan lainnya. Untuk masing-masing daerah inipun memiliki ciri khas dalam menabuh Tambua ini.

Dari Maninjau kesenian Tambua ini menyebar ke Lubuk Basung dan daerah lainnya. Sehingga tidak heran kalau kesenian Tambua ini sangat mudah di jumpai di Ranah Maninjau ini dibandingkan di daerah lain di Kabupaten Agam.

Bahkan pada kejuaraan Tambua di Bandar lampung dan Bengkulu masyarakat yang berasal dari Ranah Maninjau inilah yang menjadi aktor dan pemenang nya.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)