Kondisi PPTI At-Taqwa Canduang Setelah Kebakaran

Barito Nagari
By -
0

Ustazd Akhyar Fuadi Pimpinan PPTI At-Taqwa Canduang

Agam, BaritoNagari- Pasca kebakaran pada Jum'at (26/1/2024) lalu, sebagian santri PPTI At-Taqwa Canduang masih belajar dengan duduk bersila di kelas tanpa menggunakan meja dan kursi. Demikian hasil pantauan langsung BaritoNagari di lokasi pada Rabu (7/2/2024). 

 

Beberapa hari lalu 70-an orang santri PPTI (Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah) At-Taqwa jorong Tigo Kampuang nagari Canduang Koto Laweh kabupaten Agam tidak bisa belajar dengan kondusif, seluruh mobiler pendukung PBM ikut terbakar karena tersimpan dalam suatu ruangan kelas di gedung bawah.

 

"Sekarang sudah ada bantuan meja beberapa unit dari pondok pesantren di sekitar kita, dan kita masih membutuhkan meja-kursi lagi sebanyak 100 unit" kata Pimpinan PPTI At-Taqwa Canduang ustazd Akhyar Fuadi saat ditemui awak media di lokasi kejadian pada Rabu (7/7/2024).

Kitab yang terbakar, diletakkan diatas jendela Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah At-Taqw

Setelah peristiwa kebakaran itu terjadi, kepada awak media pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa Canduang Akhyar Fuadi mengungkapkan "kebakaran itu terjadi sekitar pukul 14.05 WIB. usai shalat Jum'at ditunaikan. Aula lantai dua beserta 3 kelas di lantai satu terbakar. Pemadam kebakaran datang memadamkan api sekira 10 sampai 15 menit berselang."
 

"Api berasal dari lantai dua, kemungkinan karena arus pendek listrik. Dari kebakaran ini, yang tersisa hanya dinding tembok lantai satu dan dua, sementara lantai aula yang terbuat dari triplek beserta seluruh isinya ludes terbakar."

 

"Tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut, namun kebakaran membuat seluruh kursi dan meja belajar habis dilahap api. Termasuk kursi-kursi dan meja-meja kelas lain yang ditumpuk di ruangan itu."

 

Pada malam sebelumnya, Kamis (25/1/2024) santri-santri ada kegiatan di gedung bagian atas, lalu semua kursi, meja dan papan tulis dipindahkan semuanya ke salah satu ruangan kelas di gedung yang terbakar itu, belum sempat memindahkan, sehingga saat ini tidak ada mobiler yang tersisa karena ikut terbakar."

Kondisi PPTI At-Taqwa Canduang dilihat dari photo drone Rabu (7/7/2024).

Syaikhul Madrasah, Buya Hendri Rais secara terpisah memberi keterangan kepada awak media pada Rabu (31/1/2024) menyatakan "kerugian diperkirakan sebanyak Rp. 347 juta rupiah. Gedung yang terbakar ini belum tentu layak untuk direhab, nanti akan kita panggil ahli bangunan untuk menilai apakah bangunan ini masih layak atau tidak. Kalau tidak layak, akan kita robohkan saja dan akan dibangun gedung baru" katanya.

 

Pada hari itu Rabu (31/1/2024), wali-wali murid nampak sedang rapat bersama guru-guru, dan pimpinan pesantren, membahas tentang berbagai hal mengenai PBM dan sarana-prasarana belajar.

Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi Ansharullah berkunjung ke PPTI At-Taqwa Canduang pada Sabtu (27/1/2023) dan memberikan bantuan senilai Rp. 20 juta.

Gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi Ansharullah sebelumnya juga telah berkunjung ke PPTI At-Taqwa Canduang menyampaikan rasa dukacita dan memberikan bantuan senilai Rp. 20 juta. Pimpinan Ponpes, Buya Akhyar Fuadi menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas perhatian beliau dan menjelaskan bahwa musibah kebakaran telah menghanguskan sebagian bangunan dan peralatan pendidikan, namun berkomitmen untuk segera memulihkan keadaan dan melanjutkan kegiatan pesantren. Gubernur berharap semoga bantuan yang disalurkan itu dapat memberi dukungan untuk membantu proses pemulihan dan normalisasi kegiatan di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah At-Taqwa.

Ustazd Akhyar Fuadi (tengah) bersama tamu dari Rumah Tahfizd Yatim & Piatu nagari Lasi pada Sabtu (3/2/2024)

Beberapa hari kemudian banyak kaum muslimin membantu baik mengatas namakan pribadi maupun kelompok.

 

Kronologi Kejadian

Bagaimana kronologi terjadinya kebakaran ini, mari kita simak postingan Pimpinan Ponpes Tarbiyah Islamiyah At-Taqwa ustazd Akhyar Fuadi di akun facebook pribadinya yang diposting pada Sabtu (27/1/2024);

 

Usai shalat Jumat siang tadi (26/1/24), saya sedang makan siang di rumah, sesuatu tengah terjadi. Setengah jam berselang, sekira pukul 14.30 saya mengecek ponsel yang saat itu sedang dicas di ruangan depan. Ternyata ada belasan pesan masuk dan panggilan tak terjawab. Saya intip satu dari beberapa pesan itu, sebuah kabar datang mengguncang: Ponpes At-Taqwa terbakar. Pada saat yang sama, Biyah (istri saya) menerima panggilan video dari salah seorang santri kami, ia berbicara sambil menangis mengabarkan kabar senada. Saya menggigil. Kami segera berkemas dan langsung berangkat ke ponpes At-Taqwa tempat saya mengabdi sebagai pengasuh dan pengelola pondok sejak dua tahun berselang.

 

Sesampai di ponpes, masyarakat sudah ramai berkumpul memenuhi jalan; mobil pemadam kebakaran datang dan pergi dengan raungan sirine yang memekakkan telinga; para petugas pemadam tengah berjuang menjinakkan si jago merah yang sudah melalap habis lantai dua gedung belajar ponpesi; masyarakat setempat dan para santri hanya bisa menonton adegan itu dengan ekspresi cemas yang tak bisa disembunyikan. Saya lihat beberapa santri kelas 6 terisak. Santri putri bertangisan dan memeluk Biyah sesaat setelah kami datang.

 

Bangunan yang mengalami kebakaran siang tadi merupakan bangunan baru dua lantai yang berdiri memanjang ke arah selatan dan berdampingan dengan bangunan lama yang memanjang dari barat ke timur. Bangunan ini terdiri dari 3 ruangan kelas di lantai satu, di mana pada tahun pelajaran 2023 lalu salah satu ruangan kelas kami fungsikan sebagai asrama. Namun, di tahun ini santri yang tinggal di ruangan itu sudah kami pindahkan ke asrama di seberang jalan depan sekolah. Lantai dua yang difungsikan sebagai aula merupakan ruangan tanpa sekat berlantai triplek setebal 18 mm.


Andre, salah seorang santri kami, bercerita bahwa ia melihat api sudah melalap wuwungan lantai dua saat salah seorang penduduk setempat meneriakkan api. Ia berlari ke asrama yang berada di seberang jalan dan mengabarkan kepada teman-teman dan kakak kelasnya. Para santri berlarian ke sekolah, mendobrak pintu kantor dan mengeluarkan seluruh isi kantor; meja, kursi, komputer, printer, lemari, dan dokumen-dokumen dari ruangan tata usaha.
 

Sepuluh sampai lima belas menit berselang, petugas pemadam kebakaran Kabupaten Agam datang dengan dua unit mobil damkar. Beberapa saat kemudian dua unit mobil damkar tambahan datang dari Kota Bukittinggi. Walinagari, Babinsa, Camat Canduang, pengurus yayasan, para alumni, dan masyarakat sekitar terlihat berjubel di pekarangan ponpes.

 

Sekira pukul 15.30 api berhasil dijinakkan. Api pun padam. Dinding bangunan dua lantai itu masih kokoh berdiri. Namun, kuda-kuda dan rangka atap, lantai dua, kursi dan meja, lemari, kitab dan buku-buku, musnah menjadi arang dan abu. Ranjang besi dua tingkat yang berjumlah 10 unit tidak luput dari lalapan api dan teronggok menjadi besi rongsok. Sampai saat ini, belum diketahui penyebab pasti kebakaran tersebut.

 

Setelah petugas damkar pergi, Babinkamtibmas Nagari Canduang Koto Laweh, memasang garis polisi di sekeliling TKP. Kami, para pimpinan, pengurus yayasan, dan walinagari menggelar rapat kilat; menaksir nilai kerugian, membicarakan langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk memulihkan kondisi pasca kebakaran ini.

Musibah ini membuat Ponpes At-Taqwa lumpuh. Seluruh meja dan kursi belajar ludes dimakan api, termasuk meja dan kursi di tiga kelas di gedung lama. Pada Kamis siang, kami goro dan memindahkan seluruh kursi dan meja ke salah satu ruangan kelas yang terbakar itu karena pada malamnya Persatuan Anak Siak Tarbiyah Islamiyah yang merupakan asosiasi santri beberapa pesantren Tarbiyah Islamiyah menggelar acara shalawatan dan pertemuan silaturahim rutin santri antar sekolah di gedung lama dengan menggelar tikar. Praktis kami kehilangan 3 ruang belajar dan 1 aula. Kami masih punya 3 ruangan belajar lagi di gedung lama, tetapi tanpa meja dan kursi alias mendeprok di lantai. Sejujurnya saya tidak tahu kapan kami bisa membeli kursi-kursi dan meja-meja untuk kebutuhan belajar santri. Selepas magrib tadi saya bertanya ke Ustadz Endri Rais, Syaikhul Madrasah Ponpes At-Taqwa mengenai kemungkinan ini. Beliau menggeleng masygul.

 

Pada kesempatan ini, saya mewakili seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah At-Taqwa mengundang siapa pun saja di luar sana, baik jemaah dan keluarga besar Tarbiyah Islamiyah sendiri atau pun para pihak yang terketuk hatinya dengan musibah ini, untuk mengulurkan tangan, menyampaikan donasinya guna membantu Ponpes At-Taqwa keluar dari keterpurukannya.

Terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berjuang memadamkan api, terutama bapak-bapak petugas pemadam kebakaran yang berjibaku di tengah kepungan api, Walinagari Canduang Koto Laweh beserta jajarannya, Walijorong Tigo Kampuang, Masyarakat Nagari Canduang Koto Laweh, dan semua pihak  yang telah memberikan kontribusi terbaiknya siang tadi, baik yang datang langsung untuk membantu memadamkan api maupun yang hanya mampu berkirim doa dari jauh.

 

Di tengah musibah dan dukalara ini, segenap bantuan Bapak, Ibu, Mamak, para guru-guru dan sahabat benar-benar membuka mata kami; Ponpes At-Taqwa ini sebenar-benar milik masyarakat, milik Tarbiyah Islamiyah, dan milik umat Islam. Kepada mereka pulalah undangan dan ajakan donasi ini kami tujukan.

Pewarta: F. Malin Parmato

 

 

Baca juga:


 

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)